Translate

Senin, 08 Agustus 2011

F-16 fighting falcon mau pensiun ......

Pesawat tempur merupakan salah satu kekuatan tempur utama yang sangat diperhitungkan dalam dunia militer modern. Semakin canggih kemampuan tempur dan banyaknya pesawat yang tersedia (dimiliki) oleh sebuah negara, maka negara yang bersangkutan semakin diperhitungkan oleh calon lawannya, apalagi jika ditunjang dengan kepemilikan kapal induk berkapasitas besar, dan itulah yang disebut super power. Faktanya, hanya beberapa negara yang memiliki kekuatan tempur seperti itu, mayoritas negara memilih aliansi untuk melindungi teritorinya untuk menutupi kelemahan militernya.

Bagi negara super power, penggantian atau peremajaan armada tempur merupakan hal wajib yang tidak boleh dilupakan. Entah berapa biaya yang mereka harus keluarkan, yang pasti armada tempur tidak boleh disamai oleh siapapun bahkan dengan sekutu dekatnya sekalipun. Lalu bagaimana dengan armada yang tidak lagi berada di garis depan? Jadi rongsokan, dijual ke negara lain, atau…. ?? Simak tulisan berikut ini.


Sebuah skuadron jet tempur milik US Air Force akan diubah menjadi pesawat target/sasaran tembak dalam latihan perang. Tidak tanggung-tanggung, jet tempur tersebut adalah F-16 Fighting Falcon yang memiliki kecepatan 2 Mach buatan Lockheed-Martin dan telah sekian lama menjadi tulang punggung angkatan udara berbagai negara, termasuk Indonesia.

Di Amerika sendiri, F-16 Fighting Falcon adalah salah satu jenis jet tempur unggulan bagi AU, AU Cadangan, dan Air National Guard. Namun bagi AS, pesawat tersebut dianggap telah memasuki masa uzur dan wajib dipensiunkan, karena F-16 telah bertugas sejak 1979 dan kini telah muncul pesawat-pesawat tempur generasi baru dengan berbagai keunggulan teknologinya.


Boeing mendapatkan kontrak senilai $ 69.700.000 dari US Air Force untuk mengkonversi enam F-16 menjadi drones (pesawat tanpa awak) dalam program Q-16 tahap pertama. Progran Q-16 mentargetkan sebanyak 126 jet tempur akan berubah menjadi drones dan akan digunakan sebagai target untuk menguji senjata udara-ke-udara yang baru dikembangkan dan menguji taktik pertempuran.

Program konversi berlangsung di Cecil Field facility di Jacksonville, Florida dan ke enam pesawat tersebut akan diserahkan kepada US Air Force pada bulan Juni 2012. Program QF-16 merupakan pengganti dari program QF-4 yang merubah jet tempur veteran perang Vietnam, F-4 Phantom.


Selain karena umur yang menua, alasan lain pengkonversian F-16 menjadi drone adalah semakin menyusutnya jumlah F-4 Phantom. Disamping itu US Air Force menganggap F-16 adalah pesawat berkinerja tinggi yang akan menyediakan lingkungan pengujian yang lebih realistis untuk kondisi saat ini. Apalagi QF-16 tidak akan kehilangan kinerja F-16 bahkan dirancang lebih ramping, manuver lebih lincah dan sanggup melakukan perlawanan.

F-16 akan kehilangan beberapa item yang dianggap tidak dibutuhkan termasuk meriam enam laras Vulcan 20 mm, karena US Air Force mensyaratkan QF-16 harus dapat terbang dalam mode baik berawak dan tak berawak. Boeing memodifikasi sistem kontrol penerbangan QF-16, maka Boeing menggandeng BAE yang merupakan produsen peralatan sistim kontrol F-16. Boeing juga menyisipkan beberapa item baru, diantaranya adalah kemampuan menghancurkan diri ketika QF-16 keluar kontrol, sistim telemetri sehingga pesawat dapat dikendalikan dari darat, termasuk sistim penghitung jumlah tembakan rudal yang diterimanya. Sebagian tubuh

QF-16 nantinya akan dicat dengan warna oranye sebagai pembeda dengan F-16 yang masih aktif sehingga para penerbang tidak akan salah menembak sasaran. Menurut perkiraan, QF-16 akan beroperasi antara 50 jam – 300 jam.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar