Translate

Minggu, 10 Juli 2011

TEKNIK PEMBUATAN BIOGAS

TEKNIK PEMBUATAN BIOGAS

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang telah ditetapkan pemerintah sangat membebani masyarakat. Namun, kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga ini sudah dipertimbangkan dengan matang. Permintaan konsumen terhadap BBM ditingkat dunia yang semakin meningkat menyebabkan harga minyak di pasar internasional melambung. Yang menjadi pertanyaan adalah jika BBM mahal, apakah kita bisa “hidup” tanpa menggunakan bahan bakar minyak tersebut? Ternyata tidak demikian. Sumber energi alternatif telah banyak ditemukan dalam berbagai riset. Salah satunya adalah pemanfaatan limbah peternakan untuk pembuatan biogas.

Teknologi pembuatan biogas sebenarnya bukan sesuatu hal yang asing. Di Amerika, teknologi ini telah dipakai puluhan tahun yang lalu. Demikian juga di Indonesia. Walaupun demikian, masyarakat tetap lebih suka menggunakan bahan bakar minyak karena lebih praktis digunakan. Namun, dalam kondisi seperti ini, ketika harga BBM melambung, tidak ada salahnya jika kita menengok kembali teknologi pembuatan biogas yang nantinya bisa diaplikasikan sebagai sumber energi alternatif.

Pada kesempatan kali ini penulis akan memaparkan teknik pembuatan biogas dengan memanfaatkan kotoran ternak dan sisa hasil peternakan. Jika diterapkan, setidaknya ada manfaat ganda yang bisa diperoleh yaitu teratasinya problem pencemaran lingkungan, diperolehnya energi alternatif, serta dihasilkanya pupuk organic (cair dan padat) yang siap pakai. Namun sebelum pembuatan biogas tersebut terdapat persyaratan yang harus terpenuhi.

SYARAT PEMBUATAN BIOGAS

a. Ada bahan pengisi

Kotoran ternak terutama fases dan urine sapi merupakan bahan yang paling umum digunakan sebagai

Bahan pengisi digester (pengolah gas). Namun, dikalangan masyarakat , terutama yang mengelola industri kecil telah menggunakan bahan isian lain seperti ampas tahu yang berasal dari industri tahu.

b. Ada Instalasi Biogas

kubah instalasi biogas

Komponen utama instalasi biogas adalah digester yang dilengkapi dengan lubang pemasukan dan pengeluaran, penampung gas, dan penampunga sludge (sisa pembuangan).

c. Terpenuhnya Faktor Pendukung

Banyak faktor yang mempengaruhi produksi biogas yang dihasilkan. Kuantitas biogas dipengaruhi oleh faktor dalam (dari digester) dan faktor luar. faktor dalam meliputi imbangan C/N, pH, dan struktur bahan isian (kehomogenan). Faktor luar yang paling mempengaruhi kuantitas biogas adalah fluktasi suhu. Untuk menjaga suhu tetap stabil, banyak instalasi biogas yang dibangun dengan memberikan naungan atau menguburnya di dalam tanah.

Adapun tahapan-tahapan proses pembuatan biogas sebagai berikut :

1. Menampung Kotoran Sapi di Bak Penampung Sementara

Kotoran sapi dari kandang yang bercampur dengan air cucian kandang ditampung di dalam bak penampung sementara. Bak penampung sementara ini berfungsi untuk menghomogenkan bahan masukan.

Dalam bak penampung ini kotoran sapi yang menggumpal dihancurkan air dan kotoran sapi 1 : 2. Pengadukan harus dilakukan secara merata sehingga bentuknya menjadi lumpur kotoran sapi. Bentuk lumpur seperti ini akan mempermudah proses pemasukanya ke dalam digester. Selain itu, kotoran sapi yang berbentuk lumpur juga sangat menguntungkan karena dapat menghindari terbentuknya kerak di dalam digester yang bisa menghambat pembentukan biogas.

2. Mengalirkan Kotoran Sapi ke Digester

Lumpur kotoran sapi dialirkan ke digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama, kran pengeluaran gas yang ada dipuncak kubah sebaiknya tidak disambungkan dulu ke pipa. Kran tersebut dibuka agar udara dalam digester terdesak keluar sehingga proses pemasukan lumpur kotoran sapi lebih mudah.



3. Menambahkan Starter

Pada pemasukan pertama diperlukan kotoran sapi dalam jumlah banyak sampai lubang digester terisi penuh. Untuk membangkitkan proses fermentasi bakteri anaerob pada pengisian pertama ini perlu menambahkan starter (berupa starter komersial yang banyak dijual di pasar) sebanyak 1 liter dan isi rumen segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digerter 3,5 – 5,0 m3

Setelah digerter penuh, kran pengatur gas yang ada di puncak kubah di tutup dan biarkan digerter melalui proses fermentasi. Lubang pemasukan sementara di tutup agar tidak ada penambahan lumpur kotoran sapi.

4. Membuang Gas yang Pertama di Hasilkan

Dari awal hingga hari ke-8, kran yang ada di atas kubah dibuka dan gasnya dibuang. Pembuangan gas ini di sebabkan gas awal yang terbentuk didominasi CO2. Pada hari ke-10 hingga hari ke-14 pembentukan gas CH4 semakin meningkat dan CO3 menurun. Pada saat komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala. Selanjutnya, Biogas dapat dimanfaatkan untuk menyalakan kompor di dapur.

5. Memanfaatkan Biogas yang Sudah Jadi

Pada hari ke-14, gas sudah mulai terbentuk dan bisa digunakan untuk menghidupkan nyala api pada kompor. Mulai hari ke-14 kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi.
Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal. Selain menghasilkan biogas, proses pembuatan biogas juga menghasilkan sisa buangan lumpur yang bisa digunakan sebagai pupuk organik. Sisa buangan lumpur ini dapat dipisahkan menjadi bagian padatan dan cairan yang selanjutanya dapat dijadikan pupuk organik padat dan pupuk organik cair.

1 komentar: